Pakar pendidikan menilai, link and match penting dilakukan perguruan tinggi baik vokasi maupun sarjana untuk memfasilitaai lulusan mahasiswanya dapat kerja.
Wikan Sakarinto pakar pendidikan menyebut, digitalisasi link and match atau upaya perguruan tinggi menyediakan website penyambung antara mahasiswa dengan penyedia lapangan kerja penting dilakukan.
“Sangat penting karena menurut saya jangan sampai mahasiswa mau wisuda baru terkoneksi ke platform,” kata Direktur Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan Periode 2020-2022 itu saat peluncuran advisor SEVIMA di Surabaya, Jumat (14/6/2024).
Kalau perlu, lanjutnya, mahasiswa dibiasakan mengakses website penyedia lapangan kerja sejak semester awal.
“Semester tiga, dibiasakan mengakses platform agar terbiasa cara cari lowongan harus nyiapin apa, belajar apa, ini bagian dari habbit (kebiasaan),” ucapnya.
Termasuk bagi vokasi yang notabene punya pengalaman praktik lebih banyak dibandingkan sarjana.
“Misal banyak praktik tapi hasilnya dibuang. Gak ada soft skills, cuma melatih hard skill. Itu yang dicari industri soft skill dan karakter,” imbuhnya lagi.
Sementara Sugianto Halim CEO and Founder SEVIMA menyebut, teknologi digital link and match sudah mulai ngetren sejak diluncurkan dua tahun lalu.
“Kita tahu problem link and match sejak tahun 1980-an dicanangkan dan masih tetap ada,” tambahnya.
Sudah ratusan universitas di Indonesia yang menerapkan kebijakan itu. Sistemnya, mahasiswa bisa mengakses website dengan mengisi portofolio, data diri, dan sebagainya. Data mereka terintegrasi dengan lowongan pekerjaan yang ada di beragam platform penyedia lowongan kerja.
“Dari sekitar puluhan ribu lowongan kita bantu ambil di kalangan industri, jadi mereka dengan mudah minimal ketemu atau komunikasi dengan perusahaan yang bikin lowongan itu,” tandasnya. (ant/bil/faz)